Sesaat setelah mengunggah beberapa foto ‘Pulau Tengah dan Pulau Gosong’ yang berada di Karimunjawa via facebook, seorang teman mengomentari, “Pantainya bagus banget seperti di Maldives.” Komentar tersebut tidaklah berlebihan. Pantai berpasir putih dengan warna air laut biru hijau pirus dengan oase sepanjang 100 meter yang berada di tengah laut ini mengingatkan saya pada kepulauan Maladewa yang terkenal sebagai lovers paradise yaitu Maldives. Saya membalas komentar tersebut, “Kalau pergi ke Maldives membutuhkan biaya sekitar USD 1500, Karimunjawa hanya butuh tiga juta rupiah saja!” Serius. 

Ada beberapa pilihan paket liburan yang ditawarkan oleh biro perjalanan di Semarang. Pertama adalah paket yang paling laris yaitu ala backpackers dengan biaya sekitar Rp.450.000 sampai Rp. 600.000 per orang, dengan jumlah minimum peserta. Paket kedua tersedia bagi wisatawan yang tidak mau repot dan mengutamakan kenyamanan bisa memilih paket liburan dengan pilihan hotel bintang 3 ke atas dengan harga berkisar dari Rp.2 juta – 4 juta per orang. Liburan kali ini, saya bersama sahabat saya, Marci membayar masing-masing Rp.2.100.000, yaitu paket 4H3M yang meliputi biaya kapal, hotel, makan, tour dan snorkeling. Tidak termasuk biaya penginapan di Semarang dan tiket pesawat dari Jakarta.
Karimunjawa adalah kepulauan dari 27 pulau-pulau di laut Jawa, yang terletak di sebelah barat laut Jepara yang dapat dicapai dari Jepara maupun Semarang. Luas wilayah teritorial Karimunjawa adalah 107.225 ha, sebagian besar berupa lautan (100.105 ha), luas daratannya sendiri adalah 7.120 ha. Daerah ini beriklim tropis yang dipengaruhi oleh angin laut yang bertiup sepanjang hari dengan suhu rata-rata 26 sampai 30 derajat Celcius. Pulau utama yang dikenal sebagai Karimun (2.700 ha) dengan populasi pulau sebanyak kurang lebih 7000 orang yang menghuni tujuh pulau yang berada di Karimunjawa.
Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam perencanaan liburan ke Karimunjawa adalah waktu terbaik yaitu pada bulan April sampai Juli, karena di bulan Agustus mulai masuk musim angin yang mengakibatkan ombak besar. Berhubung perjalanan ke Karimunjawa akan banyak menggunakan alat transportasi kapal, sangat disarankan bagi yang sering mabuk laut agar dapat mempersiapkan diri dan jangan lupa bawa antimo! Trust me, saya termasuk salah satu dari sekian banyak penumpang kapal yang muntah dua kali dalam perjalanan kapal menuju Karimunjawa. Untungnya, awak kapal sudah membagi-bagikan kantong plastik bagi seluruh penumpang sebelum perjalanan dimulai. Huek.
Perjalanan kami dimulai pada jam sembilan pagi dengan menggunakan kapal cepat ‘Kartini’ dengan waktu tempuh selama empat jam dari Semarang langsung ke Karimunjawa. Sedangkan untuk para backpackers menggunakan kapal motor Muria dengan rute Jepara-Karimunjawa selama 6 jam, setelah menumpang bis dari Semarang selama kurang lebih dua jam. Lebih murah memang ala backpackers tapi lebih berhemat 4 jam total perjalanan dengan ‘paket nyaman’ pilihan kami.
Tiba di dermaga Karimunjawa sudah waktunya makan siang. Check in di hotel terlebih dahulu dengan beristirahat selama dua jam. Sore harinya acara melihat sunset dari dermaga atau dari pantai milik Hotel Nirvana yang terkenal bagus di Karimunjawa. Malam harinya acara dilanjutkan dengan wisata kuliner di alun-alun kota. Disinilah pusat kegiatan berlangsung, ada musik tradisional pulau yang bisa dinikmati sembari mencicipi makanan khas pulau yaitu makanan laut segar seperti cumi dan ikan. Ada juga pasar malam dan gerai souvenir. Marci memborong kerupuk udang yang konon enak dan gurih dan asesoris tradisional pulau dan saya membeli blus berbahan katun bertuliskan ‘Karimunjawa’ dan beberapa cinderamata.
Bahan cinderamata tradisional seperti tongkat, keris dan tasbih yang terkenal di Karimunjawa terbuat dari tiga jenis kayu yaitu kayu Setigi, kayu Dewadaru dan kayu Kalimasada yang konon adalah kayu langka dan bertuah asal Sunan Gunung Muria. Menurut mitos adat, kayu Dewadaru jika dibawa keluar dari kepulauan Karimunjawa di perairan laut pulau ini akan mendatangkan angin dan ombak besar sehingga banyak kapal yang tenggelam karenanya, seakan-akan kayu ini tidak mau dibawa keluar dari pulau. Konon lagi, masih banyak saksi hidup yang mengalami kejadian ini, seperti cerita warga pulau yang berhasil menemukan kayu yang diselipkan di kemudi kapal dan kemudian dibuang ke laut, awan yang tadinya gelap kembali terang, angin dan ombak yang tiba-tiba ganas mulai bersahabat lagi. Anehnya, saya membawa tasbih untuk oleh-oleh yang katanya terbuat dari kayu Dewaru, namun perjalanan pulang kapal tidak ‘seganas’ perjalanan sewaktu datang. Hmm, mungkin tasbih tersebut terbuat dari kayu imitasi? Entahlah.
Kegiatan utama liburan kami di Karimunjawa diisi dengan kegiatan snorkeling dan islands hopping. Setiap hari kami mengunjungi empat pulau, total ada 12 pulau yang kami datangi. Dimulai dengan kunjungan ke pulau Menjangan Besar, pulau Menjangan Kecil, kemudian dilanjutkan ke pulau Geleang, pulau parang, pulau Kembar, pulau Katang, pulau Krakal Kecil dan pulau Kumbang. Di sekitar beberapa pulau tersebut juga terkenal sebagai tempat menyelam dan memancing. Sedangkan di pulau Tengah dan pulau Gosong adalah lokasi pantai terbaik untuk berenang atau berjemur. Hampir seluruh pantai di kepulauan Karimunjawa berpasir putih dengan garis pantai yang cukup panjang. 
Kondisi ini menyebabkan kawasan pantai menjadi kawasan yang cocok untuk para pencita pantai dengan bermain pasir dan mengabadikan keindahan pemandangan matahari terbenam dengan jepretan bingkai yang mengagumkan. Sekali lagi tak kalah dengan kepulauan Maldives. Coba bandingkan foto ini dan coba lihat persamaan antara pulau Thulagiri, Maldives dan pulau Tengah, Karimunjawa. Yang mana Maldives, mana Karimunjawa?
Yang membedakan Karimunjawa dengan Maldives adalah fasilitas pulau. Kalau di Maldives tersedia cukup banyak fasilitas wisata Bahari seperti dive centers, restoran mewah dan pelayanan profesionalnya, sedangkan Karimunjawa fasilitas tersebut masih belum begitu berkembang dengan baik. Contohnya, kapal kami untuk snorkeling sangatlah sederhana dan kurang aman. Perahu antar pulau yang digunakan adalah perahu nelayan dimana tidak tersedia tempat duduk sama sekali, sehingga kami harus duduk diatas dek kapal yang sehari-harinya dipakai untuk menjemur ikan tangkapan. Ini sangat berbahaya menurut saya, karena dek kapal tersebut tidak dilengkapi penahan sebagai keamanan. Apalagi saat itu angin bertiup cukup kencang dengan ombak besar, membuat kami harus bersusah payah agar tidak terjatuh ke dalam air. Ada baiknya untuk memesan kapal yang khusus untuk menyelam atau snorkeling, apalagi kalau berlibur dengan membawa anak kecil. Selain itu, pulau, pasir putih dan keanegaragaman lautan Karimunjawa tidak kalah dengan Maldives.

Berenang bersama Ikan Hiu
Selain alamnya, faktor penduduk dan tradisinya membuat kepulauan Karimunjawa memiliki daya tarik wisata budaya dan ziarah. Berbagai atraksi budaya terdapat di kawasan ini, seperti reog (kuda lumping), pencak silat, rebana, dan gamelan Jawa. Ada juga atraksi-atraksi yang dilakukan secara rutin oleh masyarakat setempat, misalnya pelepasan penyu, upacara pelepasan perahu, dan tentunya wisata bahari. Bagi yang tidak bisa berenang atau ‘takut hitam’ dapat menggunakan kapal yang dilengkapi dengan kaca pada bagian bawahnya (glass bottom boat) untuk menyaksikan keindahan bawah laut Karimunjawa dan berkunjung ke pulau Menjangan yang menyediakan fasilitas akuarium air laut dengan keindahan ikan hias. dan kolam pengembang biakan habitat penyu.
Petualangan seru saya dan Marci di Karimunjawa adalah pada bagian acara akhir yaitu berenang bersama ikan hiu di Pulau Menjangan Besar. Ada dua kolam laut yang dipagari oleh penduduk pulau sebagai atraksi berenang bersama baby sharks. Di bagian sebelah kanan dari dermaga adalah Blacktip Sharks (Carcharhinus limbatus) atau ikan hiu bersirip hitam dan Whitetip Sharks (Triaenodon obesus) atau ikan hiu bersirip putih yang lebih ‘lamban’ dibanding hitam yang agresif. Saya pernah menyelam dengan aman bersama 9 ekor ikan hiu di dalam tanki Seaworld dan juga scuba diving di kedalaman 21 meter dengan dikelilingi 4 ekor hiu dewasa, jadi tidak masalah berenang bersama anak anak hiu yang lucu lucu ini.
Walaupun ikan hiu memang adalah predator utama di lautan, tapi mereka bukan musuh manusia. Hanya 5 orang tewas digigit ikan hiu dalam setahun- itupun dengan alasan yang perlu diselidiki lebih lanjut, dibandingkan sekitar 100 juta hiu dibunuh setiap tahunnya hanya untuk dibuat sup sirip ikan hiu, padahal ikan hiu adalah hewan laut yang termasuk langka dan terancam punah. Singkatnya, hiu tak akan mengganggu jika manusia tidak memulai.  — Hap! :)